1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Sektor Kelautan dan Perikanan
dengan potensi sumber daya alam yang sangat besar diharapkan dapat menjadi
sektor unggulan dalam pemulihan ekonomi. Usaha peningkatan produksi ikan
melalui pengembangan teknologi budidaya air tawar diarahkan pada pembesaran,
pembenihan, pelestarian sumber daya ikan dan lingkungan serta pengendalian hama
dan penyakit ikan. Diharapkan, dengan tersedianya induk dan benih melalui
teknik-teknik pembesaran dan pembenihan secara terkendali dapat menghasilkan
induk dan benih yang bermutu.
Salah satu aspek budidaya yang
sangat berpeluang dalam menunjang pemulihan ekonomi dan menjadi produk unggulan
sebagai komoditas pangan (dikonsumsi) yaitu lobster air tawar. Hal ini di sebabkan karena
belum banyak pembudidaya yang menggeluti budidaya lobster air tawar. Sementara
itu, prospek pasar luar negeri masih sangat terbuka lebar. Tidak sedikit negara
di Asia dan Eropa yang mengimpor lobster
air tawar untuk kebutuhan dalam negerinya. Australia sebagai salah satu negara
penghasil lobster air tawar, hanya mengekspor 35 % dari hasil produksinya ke
Singapura, Hongkong, Taiwan dan Korea. Sisanya digunakan untuk memenuhi pasar
dalam negeri (Iskandar, 2006).
Secara teknis, budidaya
lobster air tawar baik pembenihan maupun pembesaran lebih mudah dibudidayakan
dibandingkan dengan jenis udang air tawar lainnya. Wadah pemeliharaannya pun
tidak perlu luas. Lobster air tawar tidak mudah terserang penyakit dan tidak
mudah stres asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan oksigen terlarut
terpenuhi dengan baik (Setiawan, 2006).
Indonesia
merupakan negara yang memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan
budidaya lobster air tawar. Hal ini dikarenakan iklim dan siklus musim di
Indonesia sangat memungkinkan lobster dibudidayakan sepanjang tahun. Lobster
air tawar, terutama jenis red claw dapat
berkembang biak 4 – 5 kali dalam setahun. Sementara di Queensland (Australia) red claw hanya mampu berkembang biak dua
kali setahun. Selain itu, di Indonesia juga kaya dengan sumber pakan alami bagi
lobster sehingga dengan adanya pakan alami tersebut sangat memungkinkan lobster
air tawar tumbuh dan berkembang biak dengan cepat (Kurniawan dan Hartono, 2007).
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu mempunyai tugas untuk memproduksi dan mendistribusikan benih dan
induk yang unggul serta memberikan informasi teknologi, pembimbingan,
pengarahan, pemonitoran hambatan dan cara penanggulangannya kepada para pembudidaya
lobster air tawar setempat dan di Indonesia pada umumnya.
Oleh sebab
itu, penguasaan teknik pembenihan lobster air tawar diharapkan dapat memenuhi
tuntutan tersebut. Kegiatan magang dapat melatih mahasiswa untuk belajar dan
mengetahui teknis pelaksanaan kegiatan akuakultur di tingkat yang paling awal
yaitu pembenihan. Sehingga keterampilan yang diperoleh dapat dijadikan modal
untuk mengembangkan usaha-usaha akuakultur dikemudian hari.
1.2 Tujuan
Kegiatan magang di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu bertujuan untuk
:
1. Mengetahui prosedur dan teknik pembenihan Lobster Air Tawar (Cherax qudricarinatus).
2. Menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mahasiswa dalam
menjalankan kegiatan pembenihan Lobster
Air Tawar.
3. Sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam
Ratulangi.
1.3 Tempat dan waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu Desa Tatelu Kecamatan Dimembe,
Kabupaten Minahasa Utara, Propinsi Sulawesi Utara. Waktu pelaksanaannya mulai
tanggal 12 Februari 2008 – 15 Maret 2008.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Lobster air
tawar merupakan salah satu genus dari kelompok udang (Crustacea) yang hidupnya hanya di air tawar. Lobster air tawar
termasuk dalam genus cherax dan beberapa nama internasional dari lobster air tawar
adalah crayfish, crawfish dan crawdad. Terdapat tiga famili lobster air tawar,
yakni famili Astacidae, Cambaridae dan Parastacidae. Famili Astacidae dan
Cambaridae tersebar dibelahan dunia
bagian utara, sedangkan famili Parastacidae menyebar di dunia bagian selatan,
seperti Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru dan Papua Nugini.
Salah satu
spesies lobster air tawar yang telah dibudidayakan adalah lobster air tawar
capit merah atau redclaw (Cherax quadricarinatus). Spesies ini
merupakan salah satu spesies endemik dari kelompok udang yang pada awalnya
hidup di sungai, rawa, atau danau di kawasan Queensland Australia (Setiawan, 2006).
Secara ilmiah
klasifikasi lobster air tawar capit merah (redclaw)
adalah sebagai berikut :
Filum
: Arthropoda
Sub
Filum : Crustacea
Kelas : Malacostrada
Ordo
:Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax
quadricarinatus (Anonimous, 2006)
2.2 Morfologi
Lobster tidak memiliki
tulang dalam (Internal skeleton) dan
seluruh tubuhnya ditutupi oleh cangkang yang terbuat dari zat tanduk. Cangkang
ini akan mengelupas secara periodik seiring dengan pertumbuhan tubuhnya. Tubuh
lobster dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala (chepalothorax) dan perut (abdomen).
Bagian kepala ditutupi cangkang yang disebut karapak. Fungsinya untuk
melindungi otak, insang, hati dan lambung. Bagian perut yang terdiri dari enam
ruas ini akan berkembang setiap kali mengalami pergantian kulit atau molting.
Bagian kepala dan bagian perut dihubungkan dengan bagian yang bernama subchepalothorax. (Iskandar, 2006).
Lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus) mempunyai ciri khusus yaitu warna tubuhnya
hijau kemerahan. Pada lobster air tawar yang jantan terdapatnya ciri khusus berupa garis merah tajam pada
capitnya yang akan muncul setelah lobster tersebut telah berumur lebih dari 7
bulan dan capitnya diselimuti oleh duri-duri halus. Berbeda dengan lobster air
tawar betina selain tidak adanya garis merah pada capitnya, ciri dari lobster
betina dapat dilihat pada ukuran capitnya yang lebih kecil dibanding capit pada
lobster air tawar jantan. Lobster air tawar red
claw ini dapat mencapai ukuran sampai 50 cm dengan bobot 800 – 1000
gram/ekor (Bachtiar, 2006).
selanjutnya email ke tauvandkpbuol@gmail.com
No comments:
Post a Comment